”Bu, saya risih deh dengan teman sekelas saya. Mereka
keterlaluan banget, pegang-pegangan tangan, pegang pipi pacarnya, kalo pas
pulang sekolah selalu boncengan, iihh…pokoknya ndak tau malu deh”
– seorang siswa putri yang datang ke ruang BK untuk curhat
–
Fenomena seperti
ilustrasi di atas sudah sangat sering kita jumpai dimasa sekarang ini. Hal
tersebut dikenal dengan istilah Public Display of Affection. PDA atau Public Display of Affection adalah
salah satu bentuk komunikasi nonverbal yang menunjukkan ikatan dengan orang
lain dengan cara demonstrasi fisik dari hubungan antar pasangan di mana ada
orang lain yang melihatnya. Mulai dari bergandengan tangan, berpelukan, cium
tangan/kening/pipi, bahkan sampai melakukan hal yang lebih dari itu. Dan itu
semua dilakukan tanpa sungkan atau risih di depan umum.
Apakah melakukan
PDA atau Public Display of Affection
itu merupakan hal yang negatif?
Sebenarnya
bermesraan merupakan hak setiap individu, namun itu semua juga perlu
memperhatikan konteks tempat dan waktu. Karena setiap Negara memiliki budaya
yang berbeda-beda, terlebih lagi di Indonesia yang masih memegang teguh budaya
ketimuran.
Saat ini, PDA atau Public Display of Affection tidak
hanya dilakukan oleh pasangan dewasa atau yang sudah menikah/sah saja. Tetapi
sudah merambah dikalangan remaja. Dimana
mereka para remaja saat ini, cenderung berani menunjukkan atau menggumbar
kemesraan mereka dengan pasangannya di depan umum.
Iyaaa…, fenomena
remaja bermesraan di depan umum di Indonesia sudah bukan hal yang tabu
lagi pada saat ini, ditambah lagi dengan kondisi zaman dimana kemajuan teknologi serta
kemampuan para remaja menguasai teknologi tersebut. Remaja saat ini merupakan
generasi milenia, yaitu generasi yang sejak lahir telah disuguhkan dengan
berbagai perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi yang semakin canggih.
Bagi mereka, berpacaran
dapat dikatakan sebagai hal yang ”wajib” dilakukan. Sebagian besar dari mereka,
beranggapan bahwa dalam berpacaran adalah hal yang biasa jika mereka melakukan
kemesraan seperti bermanja-manja, bergandengan tangan, berpelukan, cium pipi,
dan lain sebagainya. Dan lebih parahnya adalah ketika kemesraan yang remaja
lakukan kemudian diabadikan dalam sebuah gambar atau video, kemudian diunggah
dalam sosial media yang mereka miliki dan pada akhirnya dinikmati oleh semua
orang diseluruh dunia.
Banyak sosial
media yang sering dijadikan remaja sebagai salah satu media bagi mereka untuk
memamerkan kemesraan mereka. Sebut saja facebook, twitter, bbm, line,
instagram, snapchat, path, dan masih banyak lainnya.
Masih jelas dalam
ingatan kita, tentang anak SD yang
mengunggah foto kemesraan di ranjang dengan pacarnya yang disinyalir juga
merupakan remaja dibawah umur. Yang pada saat itu sempat menjadi tranding topic disosial media karena menggegerkan
dunia pendidikan pada khususnya. Bagaimana mungkin anak seusia mereka (SD)
berani secara vulgar melakukan hal yang seharusnya hanya dilakukan oleh orang
dewasa yang sudah menikah/sah. Banyak pertanyaan yang dilontarkan akibat
tersebarnya foto tersebut. Dan tidak menutup kemungkinan bahwa banyak juga
terjadi hal-hal serupa yang dilakukan remaja lainnya yang lepas kontrol dari
kita sebagai orang dewasa disekitar mereka.
Tingkat PDA atau Public Display of Affection
Tiga tingkatan PDA yang mulai banyak ditemui di
Indonesia, diantaranya :
Dan konon PDA
tidak hanya berupa aktifitas fisik saja, kata-kata, gambar pun sekarang ini
sudah menggejala menjadi PDA. Apalagi di zaman media sosial seperti sekarang
ini. Beberapa kita temukan, dimedia sosial, misal kita ambil contoh facebook,
instagram dan beberapa sejenisnya. Banyak para remaja memberikan nama akun
sosial media mereka dengan kata ”yayangnya si anu” , atau nama-nama alay yang merupakan gabungan antara nama
pemilik akun dan nama pacar atau pasangan mereka.
Berdasarkan
hasil wawancara yang dilakukan kepada beberapa remaja tingkat SMP khususnya,
tentang fenomena PDA dikalangan remaja. Didapatkan kesimpulan tentang alasan
mengapa PDA terjadi, berikut diantaranya :
ü
cari like atau perhatian
ü
cari follower
ü
pamer
ü
ingin membuat cemburu sang mantan (pacar lama)
ü
ingin mengabadikan momen tersebut
ü
wujud perhatian
ü
sebagai tanda/bukti rasa sayang
Apapun alasan terjadinya
PDA ini, Seeking attention kah?, Make a mark kah?, atau sekedar peneguhan
bahwa ”You’re mine and I’m yours”.
Jika dilakukan oleh remaja bahkan anak-anak akan berbeda makna. Karena hal
tersebut akan menjerumuskan mereka kearah yang negatif.
Maka disinilah
peran kita sebagai orang dewasa disekitar mereka, anak-anak atau remaja kita.
Perlunya kontrol yang kontinu agar fenomena PDA yang saat ini semakin marak
dikalangan remaja dapat diminimalisir. (niiswa)
J J J terima kasih J J J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar