Rabu, 07 Agustus 2019

MEDIA CROSSWORD PUZZLE MEMBANGUN KEAKTIFAN PESERTA DIDIK DALAM LAYANAN INFORMASI

Permasalahan pendidikan selalu muncul seiring meningkatnya kemampuan peserta didik, situasi, kondisi lingkungan yang ada serta pergaruh perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).



Pendidikan formal di sekolah sampai saat ini tetap sebagai lembaga pendidikan utama yang merupakan pusat pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan didukung oleh pendidikan keluarga dan masyarakat. Berbagai upaya secara terus menerus dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, salah satunya adalah dengan memperbaiki kurikulum.

Berawal dari kurikulum 1984 yang merupakan penyempurnaan kurikulum 1975. Model ini dikenal dengan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Kemudian disempurnakan menjadi kurikulum 1994 dan Suplemen kurikulum 1999. Tahun 2004, pemerintah melakukan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Di awal tahun 2006, KBK dihentikan. Dan muncullah periode Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sampai pada akhirnya pada tahun 2013 pemerintah mengembangkan kurikulum yang merupakan penyempurnaan, modifikasi, dan pemutakhiran dari kurikulum sebelumnya. (http://id.m.wikipedia.org/wiki/kurikulum diakses pada 3 April 2018 pukul 19:03 WIB).

Implementasi Kurikulum 2013 yang dikenal dengan istilah Kur 13 atau K13 yang lebih mengedepankan pendekatan scientific, dimana kurikulum 2013 lebih memberikan ruang yang luas bagi peserta didik untuk belajar secara aktif dan mengembangkan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara seimbang.

Implementasi kurikulum 2013 juga memberi warna baru dalam layanan bimbingan dan konseling, yaitu dengan adanya peminatan terhadap peserta didik.

Sebagai bagian dari sistem pembelajaran di sekolah maka layanan bimbingan dan konseling hendaknya juga mampu merangsang peserta didik untuk lebih aktif yang ditandai dengan perilaku memahami, mencari, mengolah, menyusun, dan menggunakan informasi maupun pengetahuan yang mereka peroleh.

Pengertian Layanan Informasi
Salah satu layanan yang dilaksanakan oleh guru bimbingan dan konseling adalah layanan informasi. Layanan informasi adalah layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi baik pribadi, sosial, belajar, karir/jabatan, dan pendidikan lanjutan secara terarah, objektif dan bijak (Permendikbud No 81a Tahun 2013, lampiran iv)

Menurut Prayitno dalam bukunya yang berjudul Panduan Kegiatan pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah (2008 : 260), layanan informasi secara umum sama dengan layanan orientasi bermaksud untuk memberikan pemahaman kepada individu-individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan, atau untuk menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki.

Dari sumber di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian layanan informasi adalah layanan bantuan, yaitu bantuan yang diberikan oleh guru bimbingan konseling kepada peserta didik, yang bertujuan agar peserta didik aktif memahami, mencari, mengolah, menyusun serta menggunakan berbagai informasi baik informasi pribadi, sosial, belajar dan karir yang mereka peroleh.

Layanan informasi bertujuan untuk membekali individu dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenali diri, merencanakan dan mengembangkan pola kehidupan sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat.

Penyelenggaraan layanan informasi yang sering kali dilakukan oleh penulis selama ini adalah dengan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, penugasan, curah pendapat yang ditunjang dengan menggunakan media audio visual. Namun metode tersebut masih belum optimal, masih dijumpai beberapa kekurangan diantaranya, kurang memfasilitasi peserta didik untuk mengolah informasi karena cenderung memberikan informasi (teacher centered), kurangnya keaktifan peserta didik dalam kegiatan layanan informasi, kurang dalam memfasilitasi gaya belajar peserta didik yang cenderung bervariasi (visual, auditorial, kinestetik), serta belum menumbuhkan secara optimal sikap ingin tahu, tanggung jawab, dan kerja sama dari peserta didik.

Dari permasalahan yang timbul diatas, maka perlu dicari cara atau solusi agar dapat menumbuhkan daya tarik peserta didik sehingga peserta didik dapat berpartisipasi aktif serta dapat memfasilitasi gaya belajar peserta didik dalam kaitannya dengan layanan informasi. Untuk itu diperlukan media inovatif. Salah satu media inovatif yang dapat dikembangkan oleh penulis adalah crossword puzzle.

Crossword Puzzle
Dalam bahasa Indonesia, Crossword Puzzle adalah Teka-Teki Silang (TTS). Dalam TTS disediakan sejumlah pertanyaan, pertanyaan atau kata/frase sebagai kata kunci untuk mengisi serangkaian kotak-kotak kosong yang didesain sedemikian rupa. Deskripsi umum permainan Crossword Puzzle menurut Rinadi Munir (2005) merupakan permainan dengan template yang berbentuk segi empat yang terdiri dari kotak-kotak yang berwarna hitam putih, serta dilengkapi 2 lajur, yaitu mendatar (kumpulan kotak yang berbentuk satu baris dan beberapa kolom dan menurun (kumpulan kotak satu kolom dan beberapa baris).

Dalam permainan Crossword puzzle ini, melibatkan partisipasi peserta didik aktif sejak kegiatan pembelajaran dimulai. Peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan ini peserta didik akan merasakan suasana yang menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.

Manfaat penggunaan crossword puzzle  sebagai media pembelajaran adalah sebagai berikut :
1.    Meningkatkan keterampilan kognitif
2.    Meningkatkan keterampilan motorik halus
3.    Melatih kemampuan nalar, daya ingat dan konsentrasi
4.    Melatih kesabaran
5.    Meningkatkan keterampilan sosial
(Muhammad Abdullah 2012 :3)

Untuk kali ini, media crossword puzzle yang digunakan oleh penulis sebagai media pembelajaran ini berbasis IT. Yaitu dibuat dengan menggunakan software Eclipse Crossword.

Pembuatan Media Crossword Puzzle
Berikut akan dijelaskan langkah-langkah pembuatan media crossword puzzle berbasis IT. Terlebih dahulu kita perlu mendownload dan menginstal software EclipseCrossword di komputer/laptop yang akan kita pakai. Cara membuat :
1.    Buka aplikasi eclipse crossword
2.    Pilih I would like to start a new crossword
3.    Pilih Let me create a word list from scratch now, lalu klik tombol next
4.    Pada halaman berikutnya, ketikkan jawaban yang diinginkan à ketik soal/petunjuk/clue à lalu klik tombol Add word to list. Ulangi proses ini sampai anda mempunyai semua kata yang ingin anda masukkan dalam teka teki silang anda.
5.    Kemudian klik tombol next, beri nama file à klik save
(http://irpanansyari.blogspot.com/2017/01 diakses pada 3 April 2018 pukul 23:04 WIB)

Aplikasi Media Crossword Puzzle dalam Layanan Informasi Bimbingan dan Konseling
Dalam kegiatan layanan informasi ini, guru mengambil topik tentang informasi study lanjut.
1.    Guru BK menyiapkan crossword puzzle yang sudah dibuat sebelumnya
2.    Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil terdiri 6-7 peserta didik
3.    Guru BK membagikan lembar puzzle kepada setiap kelompok dengan bahasan yang berbeda-beda (topik yang sama)
4.    Kelompok melakukan diskusi untuk melengkapi puzzle tersebut
5.    Setelah melakukan diskusi, masing-masing kelompok diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
6.    Peserta didik bersama-sama menyimpulkan topik yang dibahas serta kegiatan yang telah dilaksanakan

Kesimpulan dari kegiatan tersebut adalah permainan crossword puzzle sangat seru dan menarik, dalam permainan tersebut diperlukan kerjasama untuk memecahkan teka teki, inovatif sehingga kegiatan pembelajaran/layanan lebih menyenangkan (tidak bosan), melatih konsentrasi, serta meningkatkan kemampuan sosial peserta didik.


FENOMENA PUBLIC DISPLAY OF AFFECTION (PDA) DIKALANGAN REMAJA


”Bu, saya risih deh dengan teman sekelas saya. Mereka keterlaluan banget, pegang-pegangan tangan, pegang pipi pacarnya, kalo pas pulang sekolah selalu boncengan, iihh…pokoknya ndak tau malu deh”
– seorang siswa putri yang datang ke ruang BK untuk curhat –

Fenomena seperti ilustrasi di atas sudah sangat sering kita jumpai dimasa sekarang ini. Hal tersebut dikenal dengan istilah Public Display of Affection. PDA atau Public Display of Affection adalah salah satu bentuk komunikasi nonverbal yang menunjukkan ikatan dengan orang lain dengan cara demonstrasi fisik dari hubungan antar pasangan di mana ada orang lain yang melihatnya. Mulai dari bergandengan tangan, berpelukan, cium tangan/kening/pipi, bahkan sampai melakukan hal yang lebih dari itu. Dan itu semua dilakukan tanpa sungkan atau risih di depan umum.
Apakah melakukan PDA atau Public Display of Affection itu merupakan hal yang negatif?
Sebenarnya bermesraan merupakan hak setiap individu, namun itu semua juga perlu memperhatikan konteks tempat dan waktu. Karena setiap Negara memiliki budaya yang berbeda-beda, terlebih lagi di Indonesia yang masih memegang teguh budaya ketimuran.
Saat ini, PDA atau Public Display of Affection tidak hanya dilakukan oleh pasangan dewasa atau yang sudah menikah/sah saja. Tetapi sudah merambah dikalangan remaja.  Dimana mereka para remaja saat ini, cenderung berani menunjukkan atau menggumbar kemesraan mereka dengan pasangannya di depan umum.
Iyaaa…, fenomena remaja bermesraan di depan umum di Indonesia sudah bukan hal yang  tabu  lagi pada saat ini, ditambah lagi dengan kondisi  zaman dimana kemajuan teknologi serta kemampuan para remaja menguasai teknologi tersebut. Remaja saat ini merupakan generasi milenia, yaitu generasi yang sejak lahir telah disuguhkan dengan berbagai perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi yang semakin canggih.
Bagi mereka, berpacaran dapat dikatakan sebagai hal yang ”wajib” dilakukan. Sebagian besar dari mereka, beranggapan bahwa dalam berpacaran adalah hal yang biasa jika mereka melakukan kemesraan seperti bermanja-manja, bergandengan tangan, berpelukan, cium pipi, dan lain sebagainya. Dan lebih parahnya adalah ketika kemesraan yang remaja lakukan kemudian diabadikan dalam sebuah gambar atau video, kemudian diunggah dalam sosial media yang mereka miliki dan pada akhirnya dinikmati oleh semua orang diseluruh dunia.
Banyak sosial media yang sering dijadikan remaja sebagai salah satu media bagi mereka untuk memamerkan kemesraan mereka. Sebut saja facebook, twitter, bbm, line, instagram, snapchat, path, dan masih banyak lainnya.
Masih jelas dalam ingatan kita, tentang anak  SD yang mengunggah foto kemesraan di ranjang dengan pacarnya yang disinyalir juga merupakan remaja dibawah umur. Yang pada saat itu sempat menjadi tranding topic disosial media karena menggegerkan dunia pendidikan pada khususnya. Bagaimana mungkin anak seusia mereka (SD) berani secara vulgar melakukan hal yang seharusnya hanya dilakukan oleh orang dewasa yang sudah menikah/sah. Banyak pertanyaan yang dilontarkan akibat tersebarnya foto tersebut. Dan tidak menutup kemungkinan bahwa banyak juga terjadi hal-hal serupa yang dilakukan remaja lainnya yang lepas kontrol dari kita sebagai orang dewasa disekitar mereka.

Tingkat PDA atau Public Display of Affection
Tiga tingkatan PDA yang mulai banyak ditemui di Indonesia, diantaranya :
PDA ringan : di tingkat ini, PDA sudah mulai dianggap wajar dan bahkan seringkali dikagumi. Bentuknya se-simple pegangan tangan atau sesekali rangkulan waktu jalan bareng. Sering dipraktikkan waktu nge-date, tipe pasangan di tingkat ini juga sering mengunggah momen mesra di media sosial mereka.
PDA tinggi : di tingkat selanjutnya, PDA sudah mulai terlihat lebih intim. Ciri PDA tinggi ini seperti berciuman di depan umum, baik terlihat orang langsung atau sengaja diunggah dalam sosial media. Umumnya dilakukan oleh mereka yang pergaulannya sudah lebih bebas dan mereka merasa cuek dengan komentar negatif tentang perbuatan mereka.
PDA parah : PDA tingkat ini sudah terbilang bahaya dan biasanya sudah dianggap sebagai penyakit masyarakat. Bentuknya seperti mesum dan sudah menjurus ke seks. (dikutip dari https://zetizen.com/show/1997/public-display-of-affection-gimana-sih-efeknya-di-kehidupan-sosialmu, diakses pada 27 September 2017 pukul 23:13 WIB)

Dan konon PDA tidak hanya berupa aktifitas fisik saja, kata-kata, gambar pun sekarang ini sudah menggejala menjadi PDA. Apalagi di zaman media sosial seperti sekarang ini. Beberapa kita temukan, dimedia sosial, misal kita ambil contoh facebook, instagram dan beberapa sejenisnya. Banyak para remaja memberikan nama akun sosial media mereka dengan kata ”yayangnya si anu” , atau nama-nama alay yang merupakan gabungan antara nama pemilik akun dan nama pacar atau pasangan mereka.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada beberapa remaja tingkat SMP khususnya, tentang fenomena PDA dikalangan remaja. Didapatkan kesimpulan tentang alasan mengapa PDA terjadi, berikut diantaranya :
ü cari like atau perhatian
ü cari follower
ü pamer
ü ingin membuat cemburu sang mantan (pacar lama)
ü ingin mengabadikan momen tersebut
ü wujud perhatian
ü sebagai tanda/bukti rasa sayang
Apapun alasan terjadinya PDA ini, Seeking attention kah?, Make a mark kah?, atau sekedar peneguhan bahwa ”You’re mine and I’m yours”. Jika dilakukan oleh remaja bahkan anak-anak akan berbeda makna. Karena hal tersebut akan menjerumuskan mereka kearah yang negatif.
Maka disinilah peran kita sebagai orang dewasa disekitar mereka, anak-anak atau remaja kita. Perlunya kontrol yang kontinu agar fenomena PDA yang saat ini semakin marak dikalangan remaja dapat diminimalisir. (niiswa)


J J J  terima kasih J J J